Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, pembentukan Subholding tersebut merupakan transformasi dengan
merestrukturisasi organisasi di seluruh lingkungan PLN Group, sehingga aset yang tadinya tersebar dan tersekat dapat diintegrasikan dan difokuskan, sehingga lebih berbasis pada fungsional. Salah satunya di bidang pembangkitkan.
"Jika dulu pengelolaan pembangkit PLN ada di unit-unit regional dan divisi. Dengan konsolidasi organisasi ini, PLN sekarang memiliki dua subholding Genco terbesar se-Asia Tenggara, yaitu PLN Indonesia Power dan PLN Nusantara Power," ujarnya.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Hal ini akan membuat proses bisnis pengelolaan pembangkit jadi lebih sederhana. Rantai pengambilan keputusan yang tadinya panjang dan kompleks menjadi ringkas, sehingga bisa lebih responsif mengubah tantangan menjadi peluang. Utilisasi aset pembangkitan yang tadinya kurang maksimal jadi bisa dioptimalkan.
"Sebagaimana arahan Pak Menteri BUMN, dengan program Holding Subholding ini bisnis proses akan lebih efektif dan efisien. Utilisasi aset lebih optimal. _Technical skill_ jauh lebih fit dan relevan dalam menjawab tantangan zaman," pungkasnya.
Tak hanya itu, untuk mempercepat transisi energi di Tanah Air, dibentuk juga dua entitas bisnis baru di bidang energi baru terbarukan (EBT) dan panas bumi yang berada di bawah subholding pembangkitan. Hal ini pengejawantahan komitmen PLN terhadap energi masa depan.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Nantinya hingga tahun 2025 pembangkitan PLN Nusantara Power akan mengelola 23,5 GW dan PLN Indonesia Power mengelola 22,9 GW tersebar di seluruh Indonesia.
"Akan muncul core kompetensi baru di bawah kedua Genco tersebut, yakni Geothermal dan EBT. Sehingga memperkuat posisi PLN dalam pergeseran energi fosil ke EBT yang menjadi tuntutan global. Competitive advantage PLN akan semakin kuat. Semakin punya daya saing di tingkat dunia," pungkasnya.[mga]