WahanaNews-Gorontalo | PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mengalirkan listrik ke Desa Dudepo Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.
Hal tersebut disampaikan oleh Manager Unit Pelaksana Pelayanan Kelistrikan (UP2K) Perusahaan Listrik Negara (PLN), Izbet Alighorky saat kunjungannya ke Kantor Bupati Gorontalo Utara.
Baca Juga:
PLN Mendapat Apresiasi atas Respons Cepat Pulihkan Kelistrikan di Layanan Publik Bali
"Desa Dudepo ini sudah menjadi roadmap ditahun 2023 untuk penyelesaian kelistrikannya," ujar Izbet Alighorky kepada TribunGorontalo.com, Senin (7/8/2023).
Menurutnya, rencana pembangunan listrik di Desa Dudepo sebenarnya telah berjalan, hanya masih terdapat beberapa kendala perizinan.
"Di Desa Dudepo ini progresnya sudah sampai di perizinan di Kementerian Kelautan," kata Izbet.
Baca Juga:
Gubernur Bali Apresiasi Gerak Cepat PLN Atasi Gangguan Kelistrikan
Sebagai informasi kata Izbet, saat ini rasio elektifikasi dari Kabupaten Gorontalo Utara berada di angka 99,77 persen.
"Kami juga melaporkan rasio elektrifikasi di Kabupaten Gorontalo Utara, realisasinya sudah cukup baik di 99,77 persen," ujarnya.
Thariq Modanggu, Bupati Gorontalo Utara pun menerima dengan senang hati hal yang disampaikan PLN pada kunjungan tersebut.
"Kami sebagai Pemerintah Daerah akan sangat mendorong dari percepatan-percepatan program kelistrikan khususnya di desa," kata Thariq.
Katanya, masalah perizinan di Desa Dudepo, pihaknya akan segera menyelesaikan.
"Saya sudah menginstruksikan kepada Asisten Pemerintahan dan juga dinas terkait untuk mensupport program kelistrikan di Gorontalo Utara," tutupnya.
Diberitakan TribunGorontalo.com sebelumnya, bahwa bertahun-tahun warga Desa Dudepo, hidup dalam keterbatasan.
Setidaknya 1.244 jiwa di Desa Dudepo belum bisa menikmati listrik. Sekretaris Desa Dudepo, Iwan Moha menceritakan bagaimana keadaan rakyatnya yang bertahan hidup di tengah kondisi yang seperti itu.
Selain hanya mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai alat penerang, warga Dudepo menjadikan mesin generator sebagai alat bantu pembangkit listrik.
Itupun generator maupun PLTS hanya dinikmati oleh sejumlah warga yang ekonominya tergolong baik.
Apalagi, generator menggunakan bahan bakar solar yang tentu harganya tidak murah dan tidak mudah didapatkan.
Kata Iwan, pada 2011 silam pemerintah pernah membangun PLTS. Namun kini tidak berfungsi.
Seingat dia, PLTS itu terakhir berfungsi pada 2017.
“Kemudian kami membeli sendiri PLTS sederhana, yang menggunakan inverter biasa, tapi hanya dapat bertahan beberapa jam di malam hari,” curhat Iwan kepada Tribun beberapa waktu lalu.[C.Sopian Simanjuntak]